Saya lupa nama Mas itu. Kalau mau mencari, saya harus bongkar-bongkar file foto saya, dulu saya pernah memotret KTP dan kartu BPJSnya. Saya sebenarnya tidak mengenal dia. Suatu pagi waktu saya membersihkan taman di depan rumah, Mas itu datang menawarkan diri untuk merawat taman itu. saya menolak karena saya merasa bisa merawatnya sendiri. Orangnya berbadan tegap, sopan dan wajahnya bersemangat. Minggu depannya dia menyapa lagi dan menawari lagi. Akhirnya saya merasa kasihan dan menawarkan dia untuk merapikan tanaman merambat di dinding dan memotong dahan pohon. Awalnya di halaman depan saja, tapi koq saya suka melihat kerjanya yang rajin dan cepat. Saya menawari dia untuk mengerjakan halaman belakang juga. Saat itu saya memotret KTP dia karena dia harus masuk ke dalam rumah saya dan saya tidak mengenal dia.
Mas itu sangat sopan dan bekerja dengan cekatan. Dia memang tidak punya pekerjaan tetap, setiap pagi dia berkeliling ke beberapa perumahan untuk menawarkan jasanya. Setahun mungkin dua tiga kali saja saya meminta dia bekerja di rumah saya, karena memang hanya untuk memotong tanaman yang merambat di tembok rumah yang tinggi. Saya memberikan bayaran yang lumayan karena simpati melihat semangatnya. Tapi hampir setiap hari sabtu kalau saya lagi di depan rumah membersihkan mobil dan taman, dia selalu berhenti, menyapa dan mengobrol sebentar. Kadang saat saya sedang mengantar istri ke pasar, diapun sering menyapa. Dulu sebelum pandemi dia selalu mencium tangan saya, sebenarnya saya risih. tapi mungkin itu kebiasaan dia karena dia dibesarkan di lingkungan pesantren. Saya selalu memberi semangat dia untuk terus semangat dan jangan pernah menyerah. Pasti ada rejeki, yang penting rajin dan jujur.
Minggu lalu saat saya mencuci mobil, dia lewat dan berhenti. Mungkin dia mengerti soal protokol kesehatan, dia bermasker dan tidak menjabat dan mencium tangan saya. Wajahnya selalu cerah dan semangat. Sambil saya melap mobil, dia bercerita banyak. kali ini memang bisa agak lama, karena saya juga sambil membersihkan mobil. Dia bercerita kalau selalu ingat kata-kata saya untuk tidak menyerah. Sekarang dia sudah merasakan manfaat dari kata-kata itu. Dulu dia tidak punya penghasilan tetap. selalu bingung setiap hari, tapi untung ibunya yang punya warung masih bisa membantu dia kalau dia benar-benar tidak punya uang. Apalagi kalau saat harus membayar cicilan motornya. Sampai suatu saat Ibunya meninggal, dia kini sendiri. Untuk biaya tahlilan Ibunya dia harus menjual beras sumbangan para tetangganya. Dia sedih sekali. Tapi dia tetap semangat mencari kerja, mulanya hanya ada satu orang yang seminggu tiga kali memintanya menyapu jalan depan rumahnya. Lalu kini sudah ada tiga orang lainnya. Jadi setiap pagi kini dia bisa bekerja. Belum lagi kalau ada orang lain yang ingin merawat tamannya. Saat selamatan setahun Ibunya, dia bisa menyelenggarakannya dengan baik. Ada uang yang cukup untuk membeli minuman dan jajanannya. Dia juga bisa membayar biaya kontrak rumahnya sebelum waktunya. “Kalau menyapu pagi hari itu sering orang memberi saya nasi bungkus, kadang saya bisa dapat sampai tiga bungkus. Saya makan satu dan lebihnya saya berikan ke orang lain.”
Saya tidak ingat apa saja yang saya pernah katakan padanya. Tapi pasti itu hal-hal yang memang ada di benak saya. Semangat untuk mau terus berusaha dan percaya pasti ada rejeki dari Tuhan, yang penting harus jujur. Pernah setelah pulang, dia balik lagi ke rumah saya. Saya tidak tahu maunya apa, lalu dia bilang minta maaf. Saya malah tambah bingung lagi. “Saya tadi itu liat ada uang jatuh di lantai, Pak. Saya pikir itu uang yang Bapak beri yang jatuh. Tapi setelah sampai rumah, ternyata uang yang bapak beri jumlahnya lengkap, jadi itu pasti bukan uang saya.” Dia mengembalikan uang itu. Kemungkinan itu uang saya yang terjatuh saat mengambilkan uang untuk dia.
Rasanya di sekitar saya banyak orang-orang yang membutuhkan dukungan dalam menjalani kehidupannya. Mereka bukan mau jadi parasit di hidup saya. Mereka hanya butuh ditemani dengan pancaran semangat. Mereka akan lebih tegar dan akan menemukan jalannya sendiri saat saya mau berbagi dengan apa yang saya ada dan bisa.
Tapi, Mas itu namanya siapa ya?