Ini pertanyaan yang sebenarnya tidak saya sukai. Saya sebenarnya tidak terlalu suka ada orang ke rumah saya. Karena kami tidak punya asisten rumah tangga, segala pekerjaan kami lakukan sendiri. Menyapu, mengepel, cuci pakaian, cuci piring, mengelap kaca jendela dan apapun juga. Saat suasana rumah kotor, berantakan, kami sudah punya konsensus, tidak boleh marah! Kalau tidak suka, ya rapikan saja sendiri. Kalau merasa capek untuk mengerjakannya, biarkan saja, jangan menggerutu. Kita semua capek, karena kita semua punya tugas bekerja dan kuliah. Menggerutu juga tidak ada gunanya Tidak ada yang bisa otomatis jadi baik dengan cuma menggerutu. Apalagi bisa juga DNA saya adalah orang yang asosial, lebih suka sendiri daripada bersama orang lain. Dalam kesendirian banyak hal bisa saya lamunkan dan khayalkan. Hasilnya juga banyak sekali, mulai peluncuran kapal yang beratnya ribuan ton sampai wastafel bisa saya rancang dalam lamunan saya. Apapun keadaan rumah saya, biarlah itu jadi urusan pribadi saya. Jangan tambahi beban saya untuk merapikan rumah hanya karena mau ada tamu atau persekutuan. Benarkah saya?
Dua kisah tentang dua rekan, baru-baru ini menyentakkan saya. Satu rekan sudah saya kenal puluhan tahun. Anak yang baik, rohani, sopan santun, lemah lebut dan bijaksana (ini karena dia pandai dan suka menasehati sebayanya). Sampai suatu saat, sekelompok kita harus mengadakan zoom meeting untuk dia ini. Kita yang sebaya. Ada yang teman sekolah, banyak yang teman sepelayanan, ada yang tetap merasa sebagai anak rohaninya. Semua prihatin dengan bocoran dari guru Bimbingan dan Konseling anak remajanya yang mengatakan bahwa anak ini menyampaikan bahwa ia malu punya orang tua seperti itu. Kebetulan guru itu kita kenal dan bisa dipercaya validitasnya. Di zoom itu terungkap bahwa memang beberapa rekan merasa heran saat beberapa waktu yang lalu mereka datang ke rumahnya. Di perumahan yang lumayan bagus. Rumah ini sama sekali tidak terawat, semuanya lebih mirip rumah yang tak berpenghuni. Kotor dan berantakan. Kontras dengan citra rekan yang selama ini kita kenal, pribadi yang serba baik. Di medsospun tampil baik. Tapi rumahnya berantakan, dan kini anaknya mulai ada gejala berantakan.
Seorang rekan lagi, saya kenal ketika kita sudah sama-sama dewasa. Profesinya yang mempertemukan kita. Dia orang yang tampil dengan citra yang sederhana, baik dan so far so good lha…. Tahun-tahun relasi professional kita terjalin dengan baik, karena berbeda kota, saya tidak pernah sekalipun berkunjung kerumahnya. Sampai baru-baru ini, dia bermasalah dan harus dipecat dari kedudukannya. Masalah yang saya dengar itu karena pasangan hidupnya. Dia yang baik, terseret oleh tingkah polah pasangannya. Hancurlah sudah karirnya. Di masa jedah penyelidikan masalahnya, dia meninggalkan rumah dinasnya untuk sementara mengasingkan diri merunut penyelesaian masalah rumitnya. Otoritas pemilik rumah itu masuk mengintip rumah yang ditinggalkannya. Semua kaget, semua heboh! Isi dalamnya berantakan dan kotor. Semua bercampur antara barang yang dipakai, barang rusak, sampah dan apa saja. Koq bisa seperti itu ya?
Dua kisah menghubungkan antara kondisi rumah yang berantakan dengan berantakannya hubungan sosial mereka. Rekan yang dokter bilang, “Dia itu sakit, saat orang tidak aware dengan kebersihan, itulah tanda bahwa ada sakit di jiwanya” Bisa jadi rumah itu cermin kondisi jiwa saya. Bukan mewahnya, bukan bagusnya, bukan besar kecilnya. Cuma situasi kerapian dan kebersihannya. Saat di rumah saya banyak onggokan sampah yang tak terbuang, bisa jadi di jiwa saya juga teronggok sampah masalah yang membusuk. Bila saya bisa membagi tugas merapikan rumah, bisa jadi juga itu melatih saya untuk membagi tugas merapikan masalah hidup saya. Tapi bukan berarti di rumah yang rapi pasti bebas masalah karena Yesus juga pernah bilang ,” …..Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapih teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula.” Wes.. mumpung ini WFH kita bersih-bersih rumah yuuk…. Aku tak kora-kora sik ya….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar