23 Januari 2021

Sukarela 4.0

 

Sukarela adalah sebuah nilai yang pernah tertanam di benak saya puluhan tahun yang lalu. Saat mulai mengenal pelayanan  di gereja, nilai kesukarelaan itu yang ditumbuhkan. Bersama banyak teman bersama-sama melayani, melakukan hal-hal untuk orang lain dengan tidak memikirkan imbalannya. Pernah saya menjadi panitia Natal untuk sekolah-sekolah Negeri, kita mengumpulkan dana untuk pelaksanaan acara itu. Setelah pelaksanaan ternyata ada kelebihan uang, kita membuat acara pembubaran panitia dengan membagikan kelebihan dana itu dalam bentuk sembako bagi penduduk di desa terpencil di sebuah air terjun. Kita malah rugi ongkos transport ke sananya. Kalau di kampus panitia pencari dana bisa mendapatkan imbalan berupa sepuluh persen dari dana yang di dapat. Tapi di pelayanan ini, kita tidak pernah memikirkannya.

 

Pelayanan itu setahu saya sepenuhnya sukarela dan malah tombok. Kesukarelaan ini bukan nilai yang saya kembangkan. Saya hanya belajar dari para pendahulu saya. Pernah saat mau berangkat survei tempat Camp, seorang Tante bertanya,"Kamu bawa uang ?" Saya tidak berani menjawab, cuma diam saja. Beliau langsung membuka tasnya dan memberikan uang lima ratus ribu Rupiah. Saat itu bensin seliter hanya lima ratus Rupiah. Beliau juga yang selalu minta diberitahukan jadwal rapat kami. Beliau antusias datang, bukan untuk mengarahkan rapat, hanya berusaha selalu menyediakan makanan untuk kami semua. Tante itu memang kaya, tapi beliau juga memerlukan banyak uang untuk cuci darah seminggu dua kali. Kalau melihat apa yang sudah beliau korbankan, maka apa yang saya lakukan bukan apa-apa lagi. Saya cuma rugi waktu, itupun kalau tidak ikut pelayanan saya juga pasti pengangguran yang kesepian.

 

Sekarang jaman berubah. Semua memang serba mahal dan semua juga tidak ada yang gratis. Pipis saja harus bayar! Untuk menuju ke gereja saja sudah butuh biaya, belum lagi pelaksanaan acaranya nanti. Masihkah sukarela  itu relevan? Saya menjadi bertanya dulu itu kenapa ya saya mau sukarela? Rasanya tergantung dari sisi mana saya menempatan diri saya. Kalau saya ada di sisi penyelenggara gereja yang butuh mengadakan acara dan acara itu harus bagus dan menarik, mungkin saya harus membayar apa yang harus saya selenggarakan dengan baik. Gereja adalah event organizer yang butuh bagus dan memang kebagusannya harus diusahakan dengan membayar para pendukungan acaranya. Lain lagi kalau saya menempatkan diri sebagai kumpulan orang yang bisa punya kesempatan untuk memuliakan Tuhan melalui talenta dan semua yang dipunyainya. Kalau Gereja adalah kumpulan orang-orang yang mau bersyukur, asal ada wadahnya saja, semua orang akan mengungkapkan syukurnya dengan gembira. Mengungkapkan syukur masak masih butuh bayaran?

 

Di gereja juga masih ada acara unduh-unduh. Ini bagian dari perayaan syukur jemaat atas segala berkat Tuhan di kehidupan ini. Simbol yang sering ditampilkan ada banyak hasil bumi yang disimbolkan sebagai ungkapan syukur. Ada sayuran, ada buah-buahan, bisa ada telur ayam, bisa ada pisang, bisa ada mangga. Dulu memang itu hasil yang selalu didapatkan, saat jaman agraris. Jaman saat kakek moyang saya berburu di hutan dan mengumpulkan hasil tani dan ternaknya. Tapi kini saya sudah getol seminar tentang jaman four point zero, jaman 4.0. Jaman digital yang katanya IoT, Internet of Things. Kalau bicara tentang jaman memang 4.0 yang keluar. Kalau bicara tentang unduh-unduh dan pengucapan syukur, yang dibawa ke gereja masih sayur, buah dan hasil bumi. Hidup keseharian sudah IOT tapi penghayatan persembahan saya hanya sampai pada versi jaman Hunter and Gathering. Berpadanankah ini? 4.0 ini butuh unduh-unduh yang IoT. Saya perlu membawa ketrampilan digital saya ke gereja sebagai persembahan syukur saya. Saya sudah harus berpikir apa yang saya bawa ke unduh-unduh di gereja nanti bukan pisang atau singkong, karena saya tidak bercocok tanam. Saya sehari-hari bergaul dengan dunia digital dan inovasi teknis, ketrampilan dan hasil teknologi ini yang perlu saya bawa ke unduh-unduh gereja. Bisa jadi itu metal welded product, bisa jadi itu CNC machined stainless steel part. Apa itu? Itulah kekinian profesi saya. Jadi itulah persembahan sukarela yang bisa saya persembahkan sebagai ungkapan syukur di gereja. Mempersembahkan kesukarelaan IoT untuk bersyukur pada Tuhan mungkin perlu mulai saya lakukan.

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar: