Saya pernah tinggal di sebuah rumah tua. Rumah yang dibangun di jaman Belanda, saat jaman Jepang pernah dibuat jadi interniran. Punya halaman depan luas, ada lapangan bulutangkisnya, ada banyak pohon mangga, jambu, nenas dan banyak lagi. Di samping rumah juga ada pekarangan yang banyak pohonnya. Di bagian belakang ada kandang sapi tempat nenek saya memelihara sapi perah. Kalau malam rumah ini keliatan seram, karena lumayan gelap pekarangannya. Di sisi rumah ada gudang, kira-kira seperti garasi dua mobil, pintu depannya ada salibnya, di kuda-kuda utamanya ada tulang rahang babi besar. Dulu itu kamar tempat pekerja kandang tinggal. Kemudian sudah tidak ada lagi yang berani tinggal di sana, karena di suatu subuh, Pak Wi ditemukan tewas gantung diri.
Di rumah itu ada pesan Emak (nenek saya), "Kalau makan malam, jangan dihabiskan ya, disisakan sedikit nasi atau lauknya. Taruh aja di atas meja makan."
"Kenapa Mak?"
"Rumah ini ada penunggunya, seorang Nonik Belanda Cantik, kalau tidak ada makanan, dia bisa marah"
Alkisah katanya saat jaman Jepang ada orang belanda yang dibunuh di rumah ini.
Bertahun-tahun saya tinggal di rumah ini dan tidak satu kalipun saya melihat hantu. Saya sering pulang malam sendirian, saya juga bangun pagi jam tiga kalau mau membantu Emak menyiapkan jualan susu. Seperti apa hantu itu?
Saat kuliah dan kemudian bekerja di Surabaya saya berteman sangat baik dengan rekan insinyur elektro yang terpandai yang saya kagumi. Saya sales dan dia ahli reparasi. Saya cari order, dia yang kerjakan. Asalnya dari Ambon. Kita sangat akrab sekali. Suatu sore saat saya tiba di depan pagar rumahnya dia berteriak, "Hai, kamu baru dari orang mati ya.. Pulang aja kamu, jangan masuk rumah saya!" Oh, o, koq bisa dia tahu kalau saya baru dari Adi Jasa? Saya ya pulang saja. Suatu siang karena ada pekerjaan di suatu pabrik rokok terkenal di Pandaan, saya jemput dia dan kita bersama ke sana untuk bekerja. Saat melintas di gerbangnya ,
" Ini kita mau ke mana?"
" Ya, ke pabrik lha… ini khan kerja.."
" Ini Kuburan!"
" Oiii, ini PABRIKK!!"
Di saat jalan pulang, saat melalui gerbang pabrik itu lagi, saya lihat, di balik tembok tinggi pagar itu, ternyata memang kuburan.
Teman ini bercerita bahwa dari kecil dia bisa melihat dunia yang lain. Mahluk halus itu, mungkin juga hantu. Saya bertanya bagaimana caranya agar bisa melihat seperti itu. "Kamu bisa berdoa untuk minta kemampuan itu, tapi sudahlah, kamu jangan. Lebih baik tidak bisa!"
"Kamu akan bingung dan ketakutan sendiri, saya sering tidak bisa membedakan mana yang manusia mana yang bukan" Ini yang katanya menakutkan dari kemampuan itu.
Di suatu masa di kehidupan ini, saya pernah ditempatkan di suatu keadaan yang punya masalah kronis dan laten. Entah masalahnya apa, yang jelas kondisi itu ruwet tak terselesaikan bertahun-tahun dan entah sampai kapan lagi. Lalu saya berdoa mohon hikmat Tuhan, kalau boleh saya bisa mengerti dan dibukakan akar masalahnya. Berharap untuk melihat apa yang mungkin tak terlihat sebelumnya. Entah bagaimana doa ini terjawab atau tidak. Yang jelas saya masuk di fragmen-fragmen kehidupan yang tak terjadi sebelumnya. Kilas-kilas kejadian yang membawa saya melihat posisi-posisi pemain di keakutan yang ada. Saya berpikir untuk bisa melihat itu penting agar dapat mengerti dan memahami. Tapi apa saya alami kemudian membawa nuansa lain. Saya bingung, saya sedih, saya jijik, saya muak, saya marah. Pemandangan yang menjijikkan itu menguras semua rasa baik di hati ini. Peran-peran sandiwara yang dimainkan satu persatu seakan terkuak. Jijik bergidik hati ini.
Jangan bangga kalau bisa melihat yang tak terlihat. Karena bisa jadi talenta itu menuntut kekuatan yang lain. Perasaan senang karena bisa melihat hantu itu telah menyandera hidup seorang rekan. Juga perasaan sok mampu ingin melihat suatu masalah sudah juga menghujam jalan hidup saya. Semua yang sudah terlihat itu tidak mungkin dihapus untuk direset lagi. Yang ada adalah semangat untuk maju mengingat semua tanggung jawab yang tetap ingin dihidupi. Bisa jadi bukan hantu seperti di film-film yang sedang saya tonton. Hantu-hantu yang menjelma di fragmen kehidupan ini yang bisa mengocok segala rasa ini.
Memangnya kalau kemudian saya bisa melihat yang tidak terlihat sebelumnya itu, akankah itu membutakan semua hal baik yang sudah Tuhan tanamkan dihati ini? Ketika satu pintu dibukakan, sebuah perjalanan baru sedang disiapkan. Seharusnya kekuatan saat melewati pintu-pintu sebelumnya akan menjadi bekal perjalanan ini. Saya bersyukur karena saya tidak bisa melihat hantu….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar