Tulisan ini saya tulis sebagian di hari terakhir tahun 2009 dan baru sempat sekarang menyelesaikannya. Semoga masih bisa dinikmati.
Rasanya memang enak untuk sejenak merenung apa saja yang sudah terjadi di tahun yang akan lewat. Ada banyak hal yang kurang menggembirakan, tapi tetap masih terngiang lagu: "....hitung berkat satu-satunya, nanti engkau heran lihat jumlahnya...." Berkat yang sudah tercurah memang tetap tak tertandingi jumlahnya.
Beberapa hal yang kurang menggembirakan di Tahun ini sempat pula terpikirkan untuk dicari penyebabnya. Ada yang merupakan buah dari kesalahan dan kekurangan saya. Kalau itu, oke-lah saya maklum dan mengaku salah. Tapi apakah ini juga akibat kesengajaan yang saya buat selama ini? Paling tidak ada dua kesengajaan yang saya buat yang melawan pakem yang ada. Bila ada orang yang bertanya, "Bagaimana bisnismu?", saya menjawab, "Ya.... gini-gini aja.." Juga kalau ada yang bertanya,"Bagaimana kabarnya..?" Saya jawab,"Ya... sedih la..." Memang tidak selalu saya menjawab dengan jawaban-jawaban seperti itu, khususnya kepada orang yang tidak terlalu akrab atau pada orang yang baru saya kenal. Bagaimanapun juga saya dulu pernah disekolahkan orang tua saya dan diajari tata krama untuk menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang baik dan benar. Jawaban yang penuh dengan basa basi yang kadang basi juga.
Dua jawaban itu memang melawan pakem, terutama bagi para pengikut MLM dan agen asuransi atau positive thinker atau new age movement. Pernah ada yang memberitahu, "Daniel, apa yang diucapkan mulut itu didengar telinga dan direkam oleh otak, hati-hati dengan ucapanmu, itu bisa jadi kenyataan." Ada juga yang memberitahu saya, "Apa yang diucapkan oleh mulut kita didengar oleh Tuhan, hati-hati kalau sampai itu dikabulkan oleh Tuhan." Untuk yang terakhir ini pernah saya langsung jawab, "Bapak pasti orang yang hebat! Karena sudah mampu memperalat Tuhan untuk mengintimidasi sesama." Untuk masalah yang berhubungan dengan Tuhan, saya malah tidak pernah takut, karena Tuhan pasti tidak bodoh-bodoh amat.
Saat ini orang dilatih dan dibiasakan untuk berbicara dengan positif dan bahkan kelewat positif. Sekarang sering kita mendengar: "Halo generasi super!" "Bagaimana kabarnya? Luar biasa!" "Wah kelihatannya tambah maju ya..? Amin......!" Bahkan saya pernah ada di suatu perusahaan yang punya kebiasaan untuk selalu mengucapkan "selamat pagi". Walaupun itu sudah sore hari, tetap harus selamat pagi. Katanya itu sebagai lambang bahwa kita tetap semangat.
Memang menjengkelkan dan menggemaskan sekali rasanya kalau berhubungan dengan orang yang tidak bersemangat. Orang yang harusnya mampu melakukan sesuatu, tetapi dia ragu atau tidak percaya diri. Peluang yang adapun terlewatkan dengan sia-sia. Ini satu sisi.
Di sisi yang lain sekarang orang mulai belajar untuk bersemangat. Kita pasti bisa! Semesta mendukung, Mestakung! Memang segalanya jadi berbalik arah, semuanya jadi serba optimis dan semangat. Ada perubahan yang menyenangkan. sampai suatu saat saya menangkap nuansa yang lain. Ketika saya sudah membiasakan diri untuk selalu positif dan semangat. Saya jadi berpikir bahwa yang membuat saya berhasil adalah perilaku positif dan semangat itu. Saya lupa bahwa ada Pribadi yang "super" yang berkuasa menentukan keberhasilan saya. Ada Tuhan yang berkuasa membuat saya berhasil kalau saya semangat dan berpikir positif. Itu adalah Tuhan yang Super. Yang kelewatan adalah apabila saya berpikir bahwa kalau saya berpikir positif dan semangat maka Tuhan pun sudah tidak "Super" lagi. Tuhan sudah pasti akan membuat saya berhasil asal saya semangat dan positif. Saya mampu mengatur Tuhan asalkan saya semangat dan berpikir positif.
Saya menetapkan bahwa saya harus tetap bersemangat dan berpikir positif. Saya juga mengakui bahwa Tuhan berkuasa mengatur jalan hidup saya. Mau sukses atau gagal terserah Tuhan! Jangan pernah semangat saya ada untuk mengatur dan mendikte Tuhan. Untuk itu berani atau tidak saya mengucapkan hal-hal yang tidak positif atau negatif itu? Bukannya untuk memadamkan semangat dan kepositifan yang berkobar di hati saya. Ini cuma semacam ujian untuk memberi tempat bagi kedaulatan Tuhan di hidup saya.
Suatu saat ada teman yang bertanya, "Bagaimana bisnis bengkelmu?"
"Ya......., gini-gini aja.... ordenya gini-gini ae..."
"Dan, kalaupun bengkelmu rame, aku endak akan minta utangan sama kamu koq.....!"
"La... iya... la... Saya khan bengkel bukan Koperasi Simpan Pinjam!" Lalu kita tertawa bersama.
Pernah juga:
"Halo, bagaimana kabarmu, Dan?"
"Ya..... sedih la......!"
"Lho, kenapa koq sedih?"
"Lha, kalau aku njawab baik-baik saja, kamu khan endak bakalan nanya-nanya lagi...."
Kitapun malah bisa tertawa bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar