02 April 2025

Pendeta Bersahaja

Pengalaman melayani di banyak lingkup GKI, membawa saya mengenal banyak sisi kehidupan para Pendeta. Pendeta adalah orang-orang hebat yang mau membaktikan diri dan hidupnya untuk melayani pekerjaan Tuhan. Jemaat GKI pun belajar dan berusaha keras untuk  bisa memberikan penghargaan, yang harapannya berpadanan dengan segala pengorbanan itu. Penghargaan buat beliau-beliau yang sudah mau berjuang dan mempersembahkan hidupnya untuk pekerjaan Tuhan.

 

Saya mengenal Pendeta yang tidak ada jemaat tumpuannya, yang dengan santai bilang ,”Daniel, orang miskin itu gak bisa panjang umurnya, berobat itu mahal.” Saat itu beliau  menderita sakit jantung dan harus operasi. Dengan hidupnya yang bersahaja itu tidak mungkin beliau punya biaya operasi jantung itu. “Tapi saya bisa operasi juga, Tuhan itu baik!” Beliau akhirnya bisa operasi dan sembuh karena ada berkat Tuhan yang mengalir dengan mengherankan. Pernah juga kondisi rumahnya butuh renovasi total, selain banjir juga air hujan masuk melalui celah-celah lantai ubinnya. Ada saja jalan Beliau mendapat berkat Tuhan. Rumah itu direnovasi total dengan sangat baik.

 

Ada juga Pendeta yang realitis melihat kebutuhan ekonomi jaman sekarang ini. Kebutuhan yang sangat tinggi itu, membawanya pada pandangan untuk bersikap ekonomis juga.  Segala langkah harus dihitung secara ekonomis karena memang hidup ini tidak murah. Kalau mutasi ke tempat baru, ditelisiklah bagaimana rumah dan mobilnya. Kesempatan untuk mendapatkan panggilan berkotbah dari tempat lainnya apa banyak ya? Celah apa yang bisa dimanfaatkan untuk proses penggantian bon  belanja? Dunia yang berat ini, tidak salah juga ikut menempanya menjadi kritis ekonomis.

 

Beberapa saat lalu saya terhenyak. Dari sebuah pengumuman penerimaan mahasiswa baru Perguruan Tinggi Negeri lewat jalur tanpa tes, SNBP, ada nama anak seorang Pendeta. Ini memang hal yang biasa, tapi bagi saya ini sangat istimewa. Pernah terpikir bahwa Pendeta ini akan segera pensiun dan bagaimana beliau bisa membiayai kuliah anaknya. Kuliah pasti tidak murah, apalagi bila di perguruan tinggi swasta yang biasanya jadi rujukan anak Pendeta GKI. Pendeta itu juga saya kenal sebagai orang yang bersahaja dalam pandangan keuangannya. Keluarga bersahajanya sering naik angkot. Saya sempat bingung bagaimana bila pensiun nanti dan masih harus membiayai kuliah. Tuhan selalu punya jalan. Tuhan sanggup membukakan pintu kemurahan di jalan bersahaja yang dipilihnya. Kuliah di Negeri memang sudah tidak sangat murah lagi, tapi pasti itu jauh lebih murah dari pada di swasta dengan mutu yang setara. Tuhan maha tahu dan maha baik.

 

Dulu, saat umat Israel dipelihara dengan Manna, katanya, siapa yang mengumpulkan sedikit tidak akan jadi berkekurangan dan yang mengumpulkan sangat banyakpun tidak akan menjadi berkelebihan. Ada mekanisme Tuhan yang selalu mencukupkan. Mungkinkah sikap mental ini masih laku dalam kehidupan pelayanan ini? Tuhan yang tahu apa yang dibutuhkan, akan mampu mencukupkan pada saatnya? Menjalani sikap mental adalah pilihan menghidupi apa yang dipercayainya.

 

Tidak ada komentar: