Saya pernah pingin bisa sekolah S2. Saya pernah mencoba menanyakan tentang biayanya, katanya setara dengan gaji saya setahun waktu itu. Itu yang membuat saya mengurungkan niatan waktu itu. Mahalnya biaya sekolah S2 itu yang membuat saya bertanya kira-kira apa ya yang dipelajari di S2? Katanya… katanya.. dan memang katanya karena saya khan cuma mendengar omongan orang. Studi S2 itu banyak belajar kasus-kasus. Bisa juga membuat thesisnya tentang studi sebuah kasus. Wih, enak juga. Karena memang banyak kasus di sekitar yang bisa digunakan.
Saya ingat dan melihat, memang mempunyai banyak perbendaharaan kasus itu sangat berguna bagi saya. Kasus-kasus yang muncul disekitar ini perlu banyak diingat dan dikumpulkan dalam memori ini. Semakin banyak kasus yang diingat akan semakin bermanfaat. Manfaatnya apa? Hanya memenuh-menuhi memori pikiran saja? Pasti tidak! Salah satu yang sempat terlihat adalah, dengan mempunyai banyak perbendaharaan kasus tentang masalah di sekitar saya, saya bisa memanfaatkannya dengan menggunakan kasus-kasus itu. Saat ada orang lain yang mengungkapkan kesalahan saya, saya akan dengan mudah mengeluarkan perbendaharaan kasus di memori untuk melawan pengungkapan itu. Saya jadinya tidak perlu meminta maaf akan kesalahan saya, tetapi cukup mengungkapkan kasus tandingan seakan untuk mengatakan, “Orang lain aja juga salah, koq saya dipersalahkan!” Bisa juga dengan banyaknya perbendaharaan kasus di memori ini, saat ada kesalahan saya yang diungkapkan, saya tinggal menanyakan, ”Siapa yang mengatakan hal itu?” Lalu dengan adanya perbendaharaan tentang kasus sang pengungkap itu saya bisa balik bercerita tentang kasusnya dan selamatlah saya dengan jurus, ”Buat apa saya mendengarkan perkataan dia, dia aja melakukan kasus bla, bla, bla-bla” Rasanya memori untuk kasus itu memang indah untuk ditingkatkan perbendaharaannya.
Untungnya kini musim Disrupsi. Belajar S2 kini terdisrupsi juga. Di jaman sekarang ternyata muncul aplikasi edX, Coursea, Udemy juga banyak lagi lainnya, yang memberikan fasilitas belajar On-line, bahkan untuk yang setaraf S2. Memang harganya sudah lebih terjangkau karena ini daring. Tapi bisa juga gratis di beberapa tempat asalkan tidak meminta sertifikat bukti kelulusan. Bagi saya yang cuma suka belajarnya saja, hal ini sangat menarik. Ilmu Gratis! Dengan inilah saya bisa mencicipi belajar yang dulu pernah saya impikan. Belajar tentang kasus! Lalu… lalu… lalu…? Ternyata lalu lalang kasus yang saya lihat tidak seperti yang saya lihat sebelumnya. Banyak kasus memang diungkapkan, namun kasus itu untuk dipelajari dengan detail esensi masalah dan latar belakangnya, dikupas mendalam bukan untuk mengungkap siapa pelakukanya dan bagaimana pelaku itu bisa disudutkan, melainkan dengan harapan sang pembelajar kasus itu mengerti. Kasus itu bisa memberikan pencerahan untuk dunia yang lebih baik. ooooo…. Ternyata belajar kasus yang benar itu adalah untuk mempelajari esensinya agar mencerahkan langkah-langkah di depan nanti, bukan untuk menciptakan kegelapan tandingan guna menutupi kesalahan masa lalu saya.
Waduh, berarti harus saya bagaimanakan modus-modus menyembunyikan kesalahan selama ini? Paling tidak modus-modus masa lalu itu sudah bisa dijadikan bahan studi kasus bagi siapapun yang mau belajar menghidupi panggilannya dan mau menghidupi pembaharuan budinya.