Ini buku yang sudah lama sekali, entah masih ada atau tidak di toko buku. Baru-baru ini saya dapat audiobook-nya dan jadi teringat akan buku itu.
Saya akan coba berbagi isi buku ini dalam beberapa tulisan.
Edward de Bono mengembangkan cara berpikir yang disebut Lateral Thinking. Berpikir dengan cara menyamping. Ibarat jalan raya, Lateral Thinking menyodorkan jalan lain disamping jalan atau cara berpikir yang selama ini kita tempuh. Seperti "frontage road" di A. Yani yang baru jadi ini.
Bernafas, berjalan, dan berpikir adalah sesuatu yang kita bisa dengan sendirinya. Seakan itu sudah ada dengan sendirinya. Banyak orang percaya bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan orang (IQ) akan semakin pandai dia dalam berpikir. Pendapat ini salah, karena ibaratnya mengemudi, IQ tinggi berarti mobilnya bagus dan mahal. Sedangkan kemampuan berpikir ibarat ketrampilan sopir mengemudikannya. Mobil mewah tapi sopirnya ugal-ugalan, malah akan mendatangkan celaka. Mobil biasa tapi dengan cara mengemudi yang benar, akan mampu memberikan hasil yang lebih baik. Yang penting bukan mobil mogok. Ini memang nyata dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang jenius yang gagal menjadi manusia yang sempurna, bisa jadi karena dia berpikir bahwa dialah yang paling pandai berpikir dan mampu mengatasi masalahnya sendiri. Jadi, tidak perlu terlalu pandai, cukup dengan otak yang biasa dan cara berpikir yang baik, kita mampu jadi orang yang menghasilkan karya jenius.
Dasar dari Lateral thinking adalah 6 topi berpikir. Disebut enam topi karena cara berpikir ini ada 6 macam dan itu digunakan apabila kita menghendakinya. Tiap kesempatan kita diajak untuk memilih topi berpikir mana yang hendak dipakai. Tiap orang harus siap dan terlatih dengan 6 topi itu. Ibarat topi, cara berpikir itu dapat dengan mudah dipakai atau dilepas, diganti sesuai yang kita maui.
Enam topi itu adalah:
1. Topi Putih, mirip dengan kertas kosong, kita memakai topi berpikir putih untuk menerima semua data atau masukkan. Kita memposisikan otak kita untuk menerima data atau masukan yang ada.
2. Topi Merah, ini berpikir dengan emosi, kita menggunakan perasaan (bukan logika) untuk menentukan pendapat kita tentang suatu masalah.
3. Topi Hitam, cara berpikir dengan logika negatif, kita menggunakan logika untuk mempertimbangkan akibat negatif apa yang bisa muncul dari keputusan yang akan kita ambil.
4. Topi Kuning, cara berpikir dengan logika positif. Kita menggunakan logika untuk mempertimbangkan hal-hal positif atau peluang yang bisa muncul atas ide yang sedang kita pikirkan.
5. Topi Hijau, Ini berpikir kreatif. Kita menggunakannya untuk berpikir sesuatu yang baru dan inovatif.
6. Topi Biru. Ini berpikir tentang berpikir. topi ini kita pakai untuk berpikir dalam suatu proses pengambilan keputusan.
Aplikasinya: Bisa jadi dalam suatu rapat kita berkata: "Mari kita pakai topi putih untuk masalah persembahan." Maka yang diperlukan adalah semua data dan realitas yang ada untuk dipaparkan.
Bisa juga: "Mari kita pakai topi Merah untuk ide kebaktian di hari Sabtu." Maka tiap orang harus mengungkapkan perasaannya dan intuisinya (bukan dengan logika) atas ide itu. Tapi kita juga bisa bilang ;"Kita perlu pakai topi hijau untuk mengatasi masalah pemuda." Ini sekedar contoh. Tiap masalah bisa ditelaah dengan 6 topi berpikir itu secara bergantian. Bisa dengan urutan topi putih, merah, hitam. Atau Merah, Putih dan kuning. Terserah kita, sesuai dengan kondisi yang ada.
Semoga berguna.
(kelanjutannya.....)