11 Oktober 2023

Babak Akhir

Hari ini saya berulangtahun, ini yang ke 55. Banyak sekali dan terlalu banyak dan semuanya adalah berkat Tuhan yang melimpah. Tuhan sudah berkarya dalam waktu-waktu yang berlalu dan itulah bukti jaminan dan keyakinan bahwa waktu-waktu di depanpun semoga ada dalam anugerahNya.

 

Entah sampai umur berapa saya akan hidup, tidak tahu dan inilah misteri. Yang jelas saya sudah tidak muda lagi. Mama saya meninggal usia 38, papa saya 65, entahlah saya. Usia normal manusiapun sudah kita ketahui. Saya sadar inilah babak akhir hidup ini. Mau apa saya di babak akhir ini?

 

Dulu saya takut mati, bukan soal masuk surga atau neraka. Saya percaya anugerah karya penyelamatan Tuhan. Saya takut kalau saya mati, apa anak saya bisa bersekolah dengan baik? Bisa lulus kuliah? Untuk itulah saya beli polis asuransi semampu saya waktu itu, minimal nilai pertanggungannya bisa untuk membiayai anak saya kuliah kalau saja saya mati. Kini, anak saya sudah lulus kuliah semua, lalu saya mau takut apa lagi?

 

Di babak akhir ini saya mau apa, saat yang saya takuti itu sudah terlewati? Banyak rekan saat mulai pensiun punya banyak kecenderungan yang sama. Semuanya jadi makin religius! Belajar agama dan kitab suci menjadi pilihan yang baik dan popular. Semua teman yang dulu nakal kini makin alim. Ada yang bilang itulah yang betul dan seharusnya! Ada juga yang bilang, “lha memang Hormon Testosteronnya menurun jadi ya wes gak mampu nakal lagi lha…….” Kalau saja surga dan kehidupan mendatang itu sepenuhnya hanya karena kasih karunia Tuhan, mengapa saya masih harus susah payah mengusahakannya?

 

Agama memang menarik. Karena jalur agamalah yang paling bisa menjanjikan kehormatan dan penghargaan tanpa kriteria dan pagu yang jelas. Yang penting tampil alim dan religius, pasti bisa langsung dihormati. Jadi guru atau dosen ada sertifikasi dan persyaratan yang ketat. Jadi sales ada target penjualan yang harus dicapai. Jadi profesi lain, selalu saja ada Key Performance Index yang harus diraih. Hanya jalur agama yang bisa menyediakan jalan pintas kehormatan dan penghargaan, tanpa kriteria yang jelas. Haruskan saya isi babak akhir hidup saya lewat jalur ini?

 

Kalau saja ada doa yang sering terlantun dan masih akan jadi doa saya, itu adalah Doa Bapa Kami “.. jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga…” Mendatangkan Kerajaan Allah di muka bumi, mendatangkan kebahagiaan di bumi ini. Ini doa saya. Maka untuk itulah saya pingin ada. Di babak akhir inilah, hal itu harusnya bisa diusahakan saat segala yang menakutkan dulu itu sudah terlewati. Saya mau makin menjadi berkat. Saya sekolah teknik, maka di babak akhir ini saya harus makin pintar di bidang teknik ini. Saya punya perusahaan, maka di babak akhir ini, perusahaan ini harus makin jadi besar sehingga makin bisa jadi berkat buat banyak karyawan dan orang lainnya.

 

Nilai agama dan kitab suci itu harusnya bisa lumat tercerna dan hadir dalam buah dari bidang dan bisnis yang saya jalani. Semoga di babak akhir ini tidak diisi dengan biusan agama yang manipulatif. Semoga kalau saya percaya pada agama, saya menghadirkannya dengan kebahagian bagi semua orang. Semoga Tuhan yang tak terlihat itu tidak dipaksakan untuk dipertontonkan tapi bisa dihadirkan rasanya….. Doakan babak akhir saya ini….

 

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Selamat masuk usia baru Dan, baru 55 th, masih muda dan membuat iri hati yg sdh jauh di atasnya... 😃 tapi betul sekali kita sama2 terpanggil utk memberi sukacita dan kebahagiaan kpd siapapun yg kita jumpai. 👍👍

Anonim mengatakan...

Luar biasa .....testimoni anda pak Daniel memang karya Kristus yg menyelamatkan ; untuk itu bersyukur dan bersuka citalah senantiasa.
*Selamat menikmati bertambahnya usia *

Anonim mengatakan...

Amien.. 🙏🏻🙏🏻
selamat mensyukuri anugerahNya