31 Mei 2022
Merusak Tanpa Berbuat
12 Mei 2022
Potret Diri
Judul ini terlintas setelah liburan panjang kemarin, setelah menjadi sopir dan kasir untuk suatu rangkaian perjalanan wisata. Beruntung saya punya teman yang hobi dan kompeten untuk mengatur rangkaian perjalanan. Dia yang selalu mengaturkan rangkaian perjalanan ke mana saja saya pergi. “Sekarang wisata itu khan untuk menyenangkan anak-anak, jadi cari tempat yang mereka suka. Anak sekarang itu cuma cari obyek yang bagus buat foto-fotoan.” Dulu wisata itu cari tempat sejuk, cari tempat tenang, sekarang dah beda! Maka jadilah rangkaian wisata yang menghasilkan banyak foto dan spot video.
Foto dan potret jadi hal penting saat ini. Foto dan potret diri harus bagus, sebagus mungkin agar indah membanggakan. Foto bagus bisa berarti foto tanpa cacat. Kayak iklan kosmetik yang menampilkan Glowing Flawless Face, bercahaya tanpa noda tanpa bintik jerawat. Betapa indah bersinarnya. Lalu adakah semua punya kemewahan itu? Potret diri Flawless Face? Haruskan saya menjalani kehidupan bersama di pelayanan ini dengan potret diri Flawless face? Hidup indah tak bercacat cela di hadapan orang lain? Lha katanya ada ayat yang bilang begitu?
Di kehidupan pelayanan ini, perlukah saya tampil sempurna, flawless, untuk potret diri saya agar saya memuliakan Tuhan? Ternyata saya cuma manusia biasa yang cenderung salah dan banyak tidak mengertinya. Apa bisa saya tampil dengan Flawless Face? Bagaimana potret diri saya harus terpampang? Sebelum liburan untunglah ada rangkaian Paskah. Tuhan yang maha kuasa harusnya juga maha sakti. Tuhan yang harusnya juga mampu menciptakan rangkaian Paskah yang glowing, dengan narasi kesaktian mandraguna yang bisa menang dengan spektakuler di tiap tampilan episode, tanpa menjalani rangkaian peristiwa Paskah yang memilukan. Menang dengan jalan yang lebih indah glowing? Ternyata Tuhan menempuh jalan proses Paskah yang nampak hina dan pilu.
Wisata dan Paskah kemarin memberikan gabungan yang unik. Potret diri yang baik bukan yang sekedar nampak flawless. karena saya memang cuma manusia yang berdosa maka wajar kalau saya cenderung bersalah, tapi Tuhan menganugerahkan kasih yang siap mendukung saya dalam proses menjadi flawless. Potret diri yang baik ternyata potret masa demi masa di mana saya diprosesi menjadi flawless. Usaha dan energi saya harus diarahkan untuk mau terus berproses. Segala tenaga harus diarahkan untuk memperbaharui diri. Sudah saatnya tidak lagi membuang tenaga untuk sekedar menutupi kelemahan dan kekurangan, karena dulu saya pikir kharisma saya akan baik kalau saya flawless. Kemenangan Yesus di Paskah karena Yesus melewati dan menjalani proses rangkaian peristiwa itu dengan tekun, bukan dengan jaim bahwa di tiap episode Yesus menangan.
Potret diri saya akan indah bukan saat saya berhasil dipotret dengan tidak pernah meminta maaf, yang berarti saya selalu berhasil jadi orang benar, karena bisa jadi saat potret itu ada, orang melihat potret diri kebebalan. Potret diri saya akan indah bukan saat saya divideokan berhasil ngotot bahwa laporan keuangan saya sudah benar, potret diri yang ingin membuktikan betapa benarnya saya, padahal orang sinis melecehkan tontonan itu. Potret diri yang indah adalah rangkaian foto momen kehidupan yang merekam banyak kekalahan saya, kelemahan saya, namun ada energi dan iman yang selalu membuat saya bisa berusaha bangkit menang atas kesalahan dan kelemahan itu. Potret diri yang bisa menang atas segala kelemahan yang melekat dan terlanjur ada dalam diri saya, siap tahu bisa sama kayak potret diri Yesus yang setia bersahaja di fragmen-fragmen Paskah.