06 Januari 2022

Makelar

Di awal tahun, hal yang selalu saya ingat adalah memasukkan laporan pajak, SPT. Sudah sejak kelas enam SD saya mengisi SPT. Dulu saya mengisikannya untuk Emak saya, karena saya merasa Emak dipermainkan oleh petugas pajak yang selalu datang untuk  urusan itu. Saya kemudian nekad mempelajari panduan pengisiannya dan kemudian nekad mengisikannya untuk Emak saya. Sampai Emak meninggal tidak ada surat teguran pajak yang diterimanya. Kini saya mengisi untuk saya sendiri dan saya mengisi dengan jenis pekerjaan bebas sebagai makelar. “Itu norma perhitungannya 50%!” Kata teman yang petugas pajak di selasar gereja kemarin.

 

Makelar itu jasa perantara. Saya memulai bisnis saya dengan BIMANTARA, Bisnis Makelar dan Perantara. Cari order, dapat, lalu dicarikan teman yang bisa mengerjakannya. Cuma menjadi perantara antara yang membutuhkan barang dan yang mempu menyediakan barang tersebut. Ada yang membutuhkan barang tapi tidak tahu dimana yang punya barang, ada yang punya barang tapi tidak tahu siapa yang butuh barang itu. Saya yang menjembatani dua pihak itu. Saya makelarnya.

 

Dalam banyak tokoh Alkitab, yang saya kagumi adalah Maria, Bunda Yesus. Sosok ini hilang di tradisi gereja protestan, tapi tetap tercatat dengan baik di Alkitab. Yang dikerjakan Bunda Maria hanya menjadi perantara. Bunda Maria menjadi perantara untuk kehadiran Yesus di Bumi. Bunda Maria tidak menyelamatkan umat manusia dari dosa, tapi melalui perantaraan  Beliau, Yesus hadir menyelamatkan umat manusia. Di Perkawinan di Kana, Bunda Maria tidak melakukan mujizat. Beliau hanya memohon pada Yesus dan memberitahu petugas disana untuk menuruti apa yang akan diberitahukan oleh Yesus. Maka terjadilah mujizat pertama Yesus itu. Menjadi perantara agar kuasa dan kasih Tuhan terjadi, itu yang mengagumkan dari Maria.

 

Entah mungkin ini sudah takdir dan garis tangan atau talenta saya, menjadi makelar itu juga yang mendasari semangat pelayanan saya. Menjadi makelar bagi kasih Tuhan itu yang ingin saya jalani. Bukan karena saya hebat, tapi karena cuma  itu yang saya bisa. Saat manusia tidak pernah melihat Tuhan, siapa tahu saya bisa menjadi perantara visualisasi kehadiran Tuhan itu. Perantara itu cuma mengisi ruang-ruang kosong yang menyekat suatu proses, apapun ruang kosong itu. Bisa itu membantu mempertemukan jemaat yang membutuhkan obat dengan apotek yang punya obat. Bisa juga mempertemukan yang belum sadar dengan cermin yang memantulkan potret dirinya. Makelar itu ketrampilannya cuma melihat celah yang menghambat dan celah itulah yang diisi oleh makelar itu. Entah apa lagi yang bisa saya makelari.

 

Kalau saya melakukan sesuatu semoga itu akan membawa orang lain bisa merasakan kebaikan Tuhan yang pasti jauh lebih baik dari kebaikan yang bisa saya lakukan.

(kelanjutannya.....)