Hari ini saat Natal ini mau datang lagi, saya berpikir keras untuk memberi lagi. Tapi bolehkan saya berhenti untuk memberi? Ataukan saya sudah harus bertobat dan berhenti memberi di hari Natal kali ini? Saya jadi ingin diberi di hari Natal ini.
Saya ingin diberi, karena bisa jadi saya sudah terlalu terbiasa untuk memberi. Saya terlalu biasa untuk memberi bantuan rekan yang tertimpa musibah. Misalnya, diajak urunan untuk biaya pengobatan seorang rekan. Saya jadi terlalu biasa untuk memberi. Memberi yang katanya harus juga bijak. Saya juga terbiasa untuk memantau pemberian saya agar ada kepastian ketepatan pemakaian bantuan saya itu. Saya juga jadi curiga, setelah beberapa saat saya tidak mendapat kabar akan pemberian saya itu. Bagaimana "update" pemberian saya itu? Jangan-jangan diselewengkan. Padahal bisa jadi rekan yang menyalurkan bantuan itu kehabisan pulsa untuk mengirim email ataupun sms ke saya. Rekan yang menyalurkan itu juga bingung apanya yang mau di'Update" kondisi sakitnya pun masih begitu-begitu saja dan ia bukan reporter handal yang mampu mengarang cerita pandangan mata. Kalau begini.... rasanya saya memberi karena saya berharap akan diberi. Diberi rasa hormat, walau hanya berupa laporan pemanfaatan uang saya.
Saya ingin diberi, karena saya terhenyak akan kenyataan bahwa untuk bisa diberi itu ternyata tidak mudah. Saat saya memberi, saya senang, karena dengan itu saya tahu saya sedang tidak susah. Saya lagi lebih beruntung dari orang lain. Saya bisa sedikit bangga dengan saya memberi. Saya ingin diberi agar saya bisa punya kerendahan hati. Bila nanti ada orang yang memberi saya, kiranya saya mampu menghargai pemberi itu. Saya ingin bisa senantiasa mengingat bahwa ada orang yang memberi bukan dari kelebihannya, tetapi dia memberi di dalam kekurangannya. Saya ingin saat saya diberi saya berbela rasa dengan yang memberi. Saya ingin diberi agar saya mampu menghargai tiap berkat yang saya terima. Saat sakit dan ada rekan yang memberi saya bantuan, saya berusaha menghormatinya dengan tidak memboroskannya dengan minta pelayanan rumah sakit kelas satu. Saya ingin diberi agar saya bisa belajar untuk hidup berbela rasa dengan orang yang dulu saya beri. Agar saya bisa menghargai tiap pemberian dan perhatian dari semua rekan-rekan saya. Saat ada banyak orang yang mau memberi saya, dan saya diberi, semoga saya tidak bangga bahwa saya bisa makan di restoran mewah. Saat saya mau diberi, saya bisa merendahkan hati saya, bukan malah memanfaatkan orang-orang baik yang selalu membuat "saya diberi".
Natal besok ini, harusnya juga saya peringati sebagai Natal yang "saya diberi". Tuhan sudah memberikan rahmat dan karya penebusanNya bagi umat manusia termasuk saya. Adakah saya punya sikap dan karakter yang baik sebagai orang yang diberi? Saya diberi, agar saya berkarakter bahwa saya bukan siapa-siapa yang bisa selalu bangga saat saya memberi. Saya ingin diberi agar saya ingat bahwa ada orang yang ingin memberi bukan karena kelimpahannya, tapi karena perhatian dan bela rasanya. Jadi biarlah saya bisa menghargai tiap rekan dan teman yang telah menjadikan "saya diberi di Natal ini". Selamat Natal teman-teman. (kelanjutannya.....)