01 Januari 2011

Sebuah Fenomena

Selamat Tahun Baru!
Sayang saya tidak bisa hadir di acara nonton bareng "Indonesia melawan Malaysia" kemarin. Tapi saya mengikutinya dari millist, SMS dan dari update status FB teman-teman. Rasanya ramai dan meriah, meskipun cuma disiapkan dengan kilat. Sangat menarik bahwa penontonnya tidak sekedar datang apa adanya. Mereka mau berpartisipasi dengan kostum dan sumbangan-sumbangan hadiah dan konsumsinya. Ada yang berani membawa bendera Malaysia, berarti dia tidak sekedar ikutan, malah mau meramaikan dengan menentang arus. Rame sekali ya...
 
Beberapa saat yang lalu ada juga acara demo masak yang diselenggarakan oleh Seksi Dewasa Muda. Acara inipun mendapat sambutan menarik dari seluruh kalangan jemaat.
 
Yang jelas dua acara ini lebih ramai pengunjungnya dari acara-acara "trade-mark" kita seperti doa malam dan doa pagi dan persekutuan doa. Bukan untuk merendahkan acara-acara doa-doa itu. Bukan juga mau berbantahan tentang bagaimana persiapan dan penyelenggaraan acara-acara "generik" kita itu. Tapi sekedar mengamati fenomena/gejala yang ada. Mungkin gejala ini bisa jadi pola yang bisa kita manfaatkan untuk pembangunan jemaat kita.
 
Pernahkan kita tahu bahwa ada Darwanto yang selalu aktip kirim SMS mengajak saya hadir bermain pingpong. "Salam Plintir", begitulah trade-mark SMS-nya. Kini kita sudah punya 3 meja pingpong, semuanya sumbangan jemaat. Kegiatan ini lumayan ramai dan pernah sangat ramai, namun menjadi anti-klimaks ketika ada "kejutan" beberapa saat yang lalu. Berpulangnya rekan kita saat bermain pingpong. Animo jemaat di pingpong ini juga merupakan gejala yang menarik untuk kita simak dan manfaatkan.
 
Adalah sejak dulu di KPR, seksi olah raga adalah seksi yang selalu ada, tapi ini seksi kelas dua. Meraka kalah terhormat dengan seksi yang lebih rohani. Sehingga yang selalu disoroti adalah anggaran untuk beli cock dan sewa lapangannya. Anggaran mereka selalu jadi korban saat ada kelebihan anggaran, korban untuk jadi prioritas dipotong. Pengurus sie olahraga-nya pun agak minder kalah "hawa" dengan pengurus sie seperti sie persekutuan doa atau sie pemerhati. Mereka sering merasa tidak ada hubungan yang konkrit antara tugas utama Gereja dan kegiatan olah raga mereka. Mereka seakan hanya obyek pelengkap dan obyek penderita.
 
Saya berpikir apakah kita bisa menjadikan gereja kita ini sebagai suatu "Activity Centre" atau pusat kegiatan bagi jemaat kita. Di gereja kita bisa nonton-bareng, di gereja kita bisa bermain pingpong, atau main catur atau belajar komputer atau belajar memasak, juga belajar merawat tanaman hias, janjian untuk mancing, janjian untuk bersepeda ria. Kita bisa menemukan dan mengembangkan hobi kita di gereja. Kalau kita mau seperti ini, apa kita tidak menjadikan "Rumah Bapa ini menjadi sarang penyamun" yang setiap saat bisa di"Sodom dan Goroma"kan oleh Tuhan Sang Empunya Gereja? GKI yang makin tidak rohani! Benar begitu?
 
Saya melihat peluang untuk menjala manusia melalui kegiatan sekuler itu. Saya merasa acara itu pasti diminati oleh orang-orang yang selalu terpinggirkan di jemaat kita. Mereka yang merasa kurang rohani dan minder bergaul dengan para "ahli surga". Melalui pingpong rasanya kita bisa akrab dengan "gerombolan si berat" yang saat menjelang Natal lalu dibentak gara-gara dianggap mengganggu latihan paduan suara. Bagaimanapun urakannya mereka, kalau kita punya hubungan baik, pasti mereka juga jadi sungkan mengganggu kita. Juga kalau kita punya hubungan baik, pasti kita lebih mudah menyampaikan ganjelan hati kita.
 
Lalu dimana peran Gereja dan para "rohaniawan"nya di seantero acara begituan?  Kita bisa merubah karakter orang melalui interaksi diantara kita saat acara berlangsung. Mereka bisa belajar untuk tidak misuh, saat smashnya tidak masuk. Mereka bisa belajar sabar saat temannya salah memotong bawang. Mereka juga bisa belajar berdoa saat acara akan dimulai dan diakhiri. Mereka juga bisa mengenal kegiatan pelayanan utama Gereja saat mereka sudah akrab dengan kita. Mereka bisa dijaring untuk menjadi pengurus komisi ataupun majelis jemaat.
 
Bagaimana pendapat anda?
(kelanjutannya.....)